Sabtu, 20 Agustus 2011

STRATEGI PENGEMBANGAN PONDOK PESANTREN

Pesantren merupakan lembaga pendidikan yang unik, tidak saja karena keberadaannya yang sudah sangat lama, tetapi juga karena kultur, metode dan jaringan yang diterapakan oleh lembaga pendidikan agama tersebut. Pesantren juga merupakan lembaga sosial, pada umumnya pesantren hidup dari, oleh dan untuk masyarakat. Visi ini sejalan dengan situasi dan kondisi masyarakat, bangsa dan Negara yang terus berkembang.
Sudah tidak diragukan lagi bahwa pesantren memiliki kontribusi nyata dalam pembangunan. Apalagi dilihat secara historis, pesantren memiliki pengalaman yang luar biasa dalam membina dan mengembangkan masyaraka. Bahkan pesantren mampu meningkakan perannya secara mandiri dengan menggali potensi yang dimiliki masyarakat di sekelilingnya.
Seiring kebijakan Otonomi Daerah, Upaya penguatan dan pengembangan pesantren didaerah menjadi sangat penting dan menjadi perhatian bersama, pemerintah daerah dan legislatif kini memiliki wewenang dan kekuasaan yang sangat besar sehingga kebijakan dapat langsung menyentuh dunia pesantren. Dengan demikian pemerintah daerah (eksekutif dan legislatif) senyatanya dapat memberikan dukungan dalam pengembangan dunia pesantren sehinngga posisi pesantren dalam prespektif otonomi daerah dapat benar-benar mendapatkan tempat sesuai porsinya.
Terkait dengan bagaimana mengembangkan pesantren dalam prespektif otonomi daerah tentunya memiliki banyak hambatan diantaranya: Pertama, Image pesantren sebagai sebuah lembaga pendidikan Islam yang tradisional , tidak modern dan informal dan bahkan teropinikan sebagai lembaga yang akhir-akhir ini malah melahirkan terorisme sediki banyak telah mempengaruhi pola pikir masyarakat terhadap pesantren. Kedua, sarana dan prasarana penunjang yang terlihat masih kurang memadai. Ketiga, Sumber daya manusia. Sekalipun sumber daya dalam bidang keagamaan tidak dapat diragukan lagi, tetapi dalam rangka meningkatkan eksistensi dan peranan pondok pesantren dalam bidang kehidupan social masyarakat, diperlukan perhatian yang serius. Keempat penguasaan akses dan networking dunia pesantren masih terlihat lemah, terutama sekali pesantren-pesantren yang berada didaerah pelosok. Kelima, Management kelembagaan. Pada saat ini masih terlihat bahwa pondok pesantren dikelola secara tradsional apalagi dalam penguasaan informasi dan teknologi yang masih belum opimal. Keenam, kemandirian ekonomi kelembagaan, kebutuhan keuangan selalu menjadi kendala dalam melakukan aktivitas pesantren walaupun hal ini oleh sebagaian pihak tidak begitu disepakati namun berkaitan dengan kebutuhan pengembangan dalam proses aktivitas keseharian pesantren hal ini dianggap penting. Ketujuh, Kurikulum yang berorientasi life skills santri dan masyarakat. Pesantren selama ini kebanyakan masih berkonsentrasi pada peningkatan wawasan dan pengalaman keagamaan santri dan masyarakat.
Lalu apa yang harus dilakukan? Inilah yang harus bersama-sama dirumuskan jika mengaca pada realitas yang terjadi sudah saatnya kini pesantren-pesantren kembali mengambil perannya, Melakukan penguatan secara kelembagaan serta mengembangkan kurikulumnya, melakukan penguatan jaringan dan pemberdayaan SDM dalam rangka peningkatan sumber daya manusia pesantren.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar